Selasa, 24 Mei 2016

Cukup cinta dia dalam diam




Cinta  adalah fitrah bagi setiap manusia di dunia ini dan setiap orang pasti ingin dicintai dan mencintai. Jadi, perasaan cinta dan kasih sayang itu hendaklah dididik ke arah jalan yang betul, tepat dan benar mengikut apa yang diperintahkan oleh Allah Taala dan Rasul-Nya. Benarlah bahawa tiada jalan lain untuk merealisasikan individu Muslim yang inginkan kejayaan dan mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat melainkan dengan mengikut dan menyelusuri jalan syariat agama Islam berdasarkan acuan Al-Quran dan As-Sunnah. Melalui jalan ini sajalah, pembentukan individu Muslim yang mempunyai sikap penyayang, aman dan harmoni dapatlah diterjemahkan dengan sebaiknya.
Jika muslimah jatuh cinta, ia memendamnya dalam diam, malu dengan hijabnya, terlebih ia malu dengan Rabbnya. Jika jatuh cinta, ia berusaha untuk menghapus rasanya, tetaplah Allah satu dalam hatinya. Jika ia jatuh cinta, dipendamnya dalam hati yang terdalam, orang lain tak dibiarkan tahu, apalagi si dia yang dituju. Cinta tak akan ia biarkan bersemi, semakin mengingat si dia, semakin sering menyebut asma Allah. Semakin sering berharap akan kehadirannya, semakin keras ia berusaha melupakan. Muslimah tak akan biarkan rindu itu bergelora, kekhuatirannya semakin muncul kerana ia takut Allah murka padanya. Ia hindari pertemuan, ia menghindari interaksi, menjaga suaranya, menahan pandangannya, mesti hatinya bergetar hebat.
Cinta dalam islam adalah tanggung jawab. Bukan sekadar pertemuan dan kata-kata indah, tapi yang mengikat dalam pernikahan. “Barang siapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.). Saat kita dilahirkan, kita bagai kapas putih, yang membuatnya semakin menghitam adalah perilaku kita sendiri. Mari kita teladani Ali. Ia menjaga cintanya untuk Fatimah, hingga Allah menyatukan mereka dalam pernikahan. Ali sangat menjaga kata-katanya, ekspresinya, sikapnya, bahkan syaitan tidak tahu urusan cinta dalam hati mereka. Ali belum siap, maka ia belum melamar Fatimah. Saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah, hatinya bagai tercabik. Ternyata lamaran Abu Bakar dan Umar ditolak. Ali memberanikan diri melamar Fatimah.
“Engkau pemuda sejati wahai Ali. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. Ahlan wa sahlan.” Begitu kata Nabi dengan senyumnya. Dengan keberaniannya Ali menikahi Fatimah, tanpa janji-janji, tanpa nanti. Inilah cinta yang bertanggung jawab. Fatimah berkata kepada Ali :”Maafkan aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang..” Ali bertanya, “Lalu kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?” Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah … Kamu.”

Sumber:http://nenektanjung.blogspot.co.id/2013/09/love-in-silence-cinta-dalam-diam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar